Sunday, 12 June 2016

PENULISAN OPINI (ARTIKEL), ESSAY, DAN KOLOM

Pengertian dan Contoh Penulisan Opini , Essay, dan Kolom. Dalam artikel kali ini kita akan membahas mengenai pengertian dan perbedaan dari opini, essay dan kolom yang akan di jelaskan secara singkat. Langsung saja simak penjelasan di bawah ini yang dalam bentuk makala. Semoga bermanfaat.



KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,taufik, serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun tugas mata kuliah  Bahasa Indonesia ini, yaitu makalah “Penulisan Opini (Artikel), Esaay dan Kolom” dengan baik dan tepat waktu.
Seperti yang telah kita ketahui dalam bahasa Indonesia terdapat banyak aspek yang perlu untuk di pelajari. Materi yang akan dibahas pada makalah ini adalah tentang penulisan opini (artikel), essay dan kolom.
Tugas ini kami buat untuk memberikan penjelasan tentang tentang penulisan sebuah opini (artikel), essay dan kolom. Semoga maklah yang kami buat ini dapat membantu menambah wawasan kita menjadi lebih luas lagi.kepada pembaca khususnya mahasiswa STMIK Amikom Yogyakarta.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna kesempurnaan makalah ini. Atas perhatian dan waktunya, kami sampaikan banyak terima kasih.


                                                                                        Yogyakarta, 23 Mei 2016




BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG MASALAH
Indonesia merupakan negara yang demokratis. Hal itu berarti kemerdekaan memiliki dan mengemukakan opini atau pendapat merupakan hak setiap warga negara. Namun tetap harus bertanggungjawab dalam menyampaikan opini atau pendapat dapat dilakukan secara langsung yaitu secara llisan dan juga dapat melalui tulisan. Di era sekarang ini keberadaan media,baik cetak maupun digital telah menjadi wadah bagi masyarakat untuk menyampaikan opini atau pendapatnya. Oleh karena itu lahirlah teori teori tentang penulisannya, yaitu opini esai dan kolom. Hal itulah yang membuat penulis tertarik untuk membuat makalah yang membahas tentang opini, esai dan kolom. Sehingga dapat memberikan wawasan kepada pembaca tentang bagaimana cara kita menyampaikan pendapat dalam bentuk tulisan.  
Opini adalah ekspresi atau pendapat seseorang atas suatu masalah yang bersifat kontroversial. Publik adalah kelompok yang tidak merupakan kesatuan, tetapi mereka melakukan interaksi secara tidak langsung melalui alat-alat komunikasi. Alat-alat komunikasi yang digunakan seperti, surat kabar, radio, televisi, ataupun pembicaraan-pembicaraan pribadi yang berantai. Sehingga secara umum, opini publik dapat diartikan sebagai pendapat sekelompok orang tentang sesuatu hal yang bersifat kontroversial dan menyangkut kepentingan umum.
Essay adalah ekspresi dari opini seseorang terhadap sebuah hal. essay sesungguhnya sangat berbeda dengan artikel ilmiah atau sekadar opini eksposure (laporan faktual). Essay juga Perpaduan antara fakta dengan imajinasi, antara pengetahuan dengan perasaan membuat essay berbeda dibanding jenis tulisan lainnya. Sebuah essay selayaknya dapat menghantarkan pembacanya untuk memahami persoalan dengan cara yang singkat dan padat, (kadang) bernuansa santai, tetapi tetap sarat makna. 
Kolom adalah pendapat penulis (menceritakan sesuatu) biasanya disampaikan dengan bahasa yang santai atau lebih komunikatif dengan pembaca, penulisnya biasa disebut kolumnis. Kolumnis adalah salah satu rubrik di media masssa yang biasa diisi oleh orag tertentu untuk sema jenis tulisan yang membidik tema tertentu.
Esai, opini, dan kolom adalah berisi tulisan yang biasa disebut dengan artikel. Esai sebenarnya sama saja dengan opini. Sebab, definisi dari esai itu sendiri adalah karangan prosa (bukan menggunakan kaidah puisi) yang membahas suatu masalah secara sepintas lalu dari sudut pandang pribadi penulisnya. Ini pengertiannya sama dengan artikel, sebenarnya.


B.     RUMUSAN MASALAH
  •  Apa pegertian dari penulisan opini itu?
  • Bagaimana ciri-ciri dari penulisan opini?
  • Apa saja gaya dalam penulisan artikel opini?
  • Apa saja jenis-jenis dari opini?
  • Apa pengertian dari esai?
  • Apa saja jenis-jenis dari esa?
  • Apa pengertian dari kolom?
  • Bagaimana cara menulis kolom yang baik?



BAB II
PEMBAHASAN

2.1  PENULISAN OPINI

2.1.1        Pengertian Opini
Opini atau pendapat adalah perkiraan, pikiran, atau tanggapan tentang suatu hal (seperti orang atau peristiwa). Opini atau pendapat bersifat subjektif. Pendapat orang mengenai suatu hal dapat berbeda-beda. Perbedaan pendapat yang dikeluarkan bergantung pada sudut pandang dan latar belakang yang dimiliki.
MENULIS  opini berarti menyebar luaskan gagasan. Dengan menulis opini, maka seseorang berarti mentransfer ide dan gagasannya ke ruang publik. Ia masuk ke ranah publik, dan berusaha mempengaruhi publik, dengan tujuan akhir: gagasannya diterima atau juga diperdebatkan. Dan ia siap untuk itu.

2.1.2        Ciri –ciri Penulisan Opini

1. ditandai dengan kata sifat
    Contoh dari kata-kata sifat:
- sangat,
- banyak,
- sulit,
- sedikit,
- gampang

2.      Adanya kata penganjuran
Kata-kata penganjuran :
- sebaiknya,
- seharusnya,
- semestinya dan sebagainya.

3.       jawaban dari pertanyaan "How" (bagaimana)

4.      adanya kata-kata yang menunjukkan ketidakpastian, pasti/tidaknya suatu hal, atau bersifat subjektif
Kata-kata tersebut adalah:
- menurut
- bisa jadi,
- sepertinya,
- kemungkinan,
- mungkin dan lainnya.

2.1.3        Gaya Penulisan Opini

Ada empat jenis gaya penulisan artikel opini, yakni gaya penulisan eksposisi, deskripsi, argumentasi, dan narasi. 
  • gaya penulisan eksposisi. Gaya penulisan ini bertujuan menguraikan, menjelaskan, mendidik, mengklarifikasi, atau mengevaluasi sebuah topik atau persoalan yang dibahas. Penulis berusaha memberi penguraian, pemaparan, penjelasan, keterangan informasi dan petunjuk atas suatu topik  kepada para pembaca. Tulisan eksposisi terkadang dilengkapi dengan grafik, gambar, atau statistik untuk memperjelas uraian.
  • gaya penulisan deskripsi. Gaya penulisan ini bertujuan untuk memberi penggambaran atau pelukisan dengan kata-kata (secara verbal) terhadap suatu objek atau topik, baik menyangkut manusia, benda, penampilan, pemandangan, peristiwa atau kejadian. Gaya penulisan deskripsi berusaha menggambarkan suatu objek sehingga membuat pembaca seolah-olah melihat, mendengar, merasakan, dan mengalami sendiri objek yang dideskripsikan itu. 
  • gaya penulisan narasi. Gaya penulisan ini bertujuan untuk mengisahkan atau merangkai kejadian atau peristiwa secara kronologis, baik yang berupa fakta (kenyataan) maupun yang berupa fiksi (rekaan). dalam artikel opini, gaya penulisan narasi sering digunakan untuk menjelaskan sebuah permasalahan atau kejadian yang tengah terjadi, dari awal sampai akhir. 
  • gaya penulisan argumentasi. Tulisan argumentasi mengandalkan berbagai pertimbangan untuk menguatkan argumentasi. Informasi, data, dan fakta menjadi variabel penting untuk menguatkan argumentasi yang dibangun. Biasanya tulisan jenis inidilakukan oleh orang-orang yang menguasai persoalan atau ahli dalam bidangnya. 



2.1.4        Jenis Jenis Opini

1.  Opini Individual

Opini individual merupakan pendapat seseorang mengenai sesuatu yang terjadi di masyarakat. Untuk mengetahui orang lain ada yang sependapat atau tidak, seseorang harus melakukan perbincangan kepada orang lain terlebih dahulu, sehingga sesuatu yang dibicarakan tersebut kini menjadi opini publik.

2. Opini Pribadi
Opini pribadi merupakan pendapat asli seseorang mengenai suatu masalah sosial. Opini pribadi timbul apabila seseorang tanpa dipengaruhi oleh orang lain, menyetujui atau tidaknya suatu masalah sosial, kemudian dalam nalarnya ia menemukan sebuah kesimpulan sebagai tanggapan atas masalah sosial tersebut.

3. Opini Kelompok
Opini kelompok merupakan pendapat sekelompok orang mengenai masalah sosial yang menyangkut kepentingan orang banyak. Contohnya, keharusan pancasila dijadikan asas tungal bagi organisasi kemasyarakatan, maka diantara kelompok itu ada yang pro dan ada yang kontra.

4. Opini Minoritas
Opini minoritas merupakan pendapat dari orang-orang yang jumlahnya relatif lebih sedikit dari mereka yang terkait suatu masalah sosial, baik yang pro, kontra, atau dengan pandangan lainnya. Lawan dari opini minoritas adalah opini mayoritas.

5. Opini Mayoritas
Opini mayoritas merupakan pendapat orang-orang terbanyak dari mereka yang berkaitan dengan suatu masalah sosial, baik sebagai yang pro, kontra, maupun yang memiliki penilaian lainnya.

6. Opini Massa
Opini massa merupakan kelanjutan dari opini publik. Opini massa adalah pendapat seluruh masyarakat sebagai hasil dari perkembangan pendapat yang berbeda mengenai masalah yang menyangkut kepentingan umum.

7. Opini Umum
Opini umum merupakan pendapat yang sama dari semua orang dalam suatu masyarakat mengenai masalah yang menyangkut kepentingan umum. Secara sederhana, opini umum merupakan satu pendapat yang diamini oleh masyarakat pada umumnya.


2.2  Penulisan Esai

2.2.1        Pengertian Esai
Esai sering juga disebut artikel, tulisan, atau komposisi. Dalam arti yang lebih luas, esai juga dipahami sebagai sebuah karangan. Secara umum, esai didefinisikan sebagai sebuah karangan singkat yang berisi pendapat atau argumen penulis tentang suatu topik. Biasanya, seseorang menulis esai karena ia ingin memberikan pendapat terhadap suatu persoalan atau fenomena yang terjadi dalam masyarakat. Penulis esai, atau sering disebut esais, dapat juga mengupas suatu topik atau persoalan dan memberikan tanggapan dan pendapatnya atas topiik atau persoalan yang dibahasnya.

2.2.2        Ciri-ciri Esai
Ciri pertama berkaitan dengan jumlah kata dalam sebuah esai. Sebenarnya tidak ada aturan baku yang menyebutkan berapa jumlah kata dalam sebuah esai. Acuan panjang sebuah esai adalah bahwa esai harus bisa selesai dibaca dalam sekali duduk. Beberapa buku komposisi memberikan batasan yang lebih jelas. Sebuah karangan dikategorikan esai bila karangan tersebut berjumlah antara 500 sampai dengan 1500 kata. Bila diketik dalam bentuk dokumen microsoft word, panjang sebuah esai berkisar antara tiga sampai dengan tujuh halaman ukuran kertas A4 yang diketik dengan font berukuran 12 dan berspasi ganda. Sebuah esai yang melebihi 1500 kata, misalnya 3000 atau 4000 kata, akan digolongkan sebagai extended essay (esai yang diperpanjang).
Ciri lain esai adalah struktur penulisannya. Struktur esai terbagi dalam tiga bagian, yaitu pendahuluan esai, isi esai dan penutup esai yang diwujudkan dalam bentuk paragraf. Penjelasan lebih detail tentang struktur penulisan esai akan dijelaskan pada subbab selanjutnya.
Ciri yang paling membedakan esai dengan jenis karangan lain berkaitan dengan gaya bahasa. Pilihan kata, struktur kalimat, dan gaya penulisan merupakan hal terkait erat dengan penulis esai. Penulis esai yang berpengalaman biasanya memiliki ciri tertentu ketika menulis esai. Semakin sering seseorang menulis esai, semakin mudah gaya bahasa orang tersebut dikenali.

2.2.3        Struktur Penulisan Esai
Seperti yang telah disinggung pada ciri-ciri esai, struktur penulisan esai yaitu pendahuluan, isi dan penutup. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang tiga bagian tersebut.
Pendahuluan merupakan bagian yang penting dalam sebuah esai. Bagian ini menentukan apakah pembaca akan tertarik untuk terus membaca esai tersebut sampai selesai. Pendahuluan yang menarik jelas akan meningkatkan minat pembaca untuk menyelesaikan bacaannya. Sebaliknya, pendahuluan yang membosankan akan membuat pembaca mengakhiri bacaannya. Pada dasarnya bagian pendahuluan berisi pengantar yang memadai tentang topik bahasan yang hendak ditulis. Gagasan yang ditulis dalam paragraf pendahuluan memberikan gambaran umum tentang gagasan atau argumen yang akan ditulis pada bagian isi esai. Unsur yang paling penting dalam paragraf pendahuluan adalah kalimat tesis (thesis statement). Kalimat tesis merupakan gagasan utama esai yang dinyatakan secara jelas (tidak ambigu) dan eksplisit. Kalimat tesis ini berfungsi sebagai pengontrol gagasan yang hendak disampaikan dalam isi esai.
Bagian isi esai merupakan penjabaran dari gagasan utama yang dinyatakan dalam kalimat tesis. Penjabaran gagasan utama ini diwujudkan dalam beberapa paragraf. Umumnya isi esai terdiri atas beberapa gagasan utama (minimal dua). Setiap gagasan utama ditulis dan dijabarkan dalam satu paragraf.  Setiap paragraf isi mendiskusikan gagasan-gagasan yang lebih spesifik dan lebih detil agar argumen menjadi lebih meyakinkan. Gagasan-gagasan yang lebih spesifik ini merupakan kalimat-kalimat pendukung yang berfungsi sebagai penjelasan yang logis atas argumen yang disampaikan penulis. Oleh karena itu, argumen dalam paragraf-paragraf isi ini harus diorganisasi atau dikelola dengan cermat. Penulis esai harus memastikan bahwa setiap kalimat penjelas yang ditulis memiliki relevansi yang erat dengan gagasan. Selain itu, perpindahan antara satu paragraf isi dengan paragraf isi lainnya harus pula dirancang dengan seksama. Pengaturan paragraf-paragraf isi ini dapat disusun berdasarkan urutan kronologis, logis, atau kepentingan.
Penutup esai diwujudkan dalam satu paragraf simpulan yang dimaksudkan untuk mengakhiri pembahasan topik esai. Paragraf ini biasanya berisi rangkuman dari pokok pikiran yang telah disampaikan penulis. Paragraf penutup juga bisa berupa penegasan atas argumen yang telah dijabarkan di bagian isi dengan maksud agar pembaca mengetahui secara persis posisi penulis atas suatu masalah. Menutup esai dengan paragraf yang efektif akan memberikan kesan ketuntasan (sense of closure) bagi pembaca sehingga apa yang telah disampaikan penulis dapat diterima oleh pembaca.

2.2.4        Jenis-Jenis Esai
Esai memiliki beragam jenis, tergantung pada maksud dan tujuan penulisannya. Kita mudah kehilangan arah bila kita tidak mengetahui tujuan penulisan. Karena itu, memahami jenis-jenis esai sangat diperlukan untuk membuat tulisan kita lebih bermakna. Berikut merupakan jenis-jenis dari esai beserta penjelasannya:

a.      Esai Ekspositori
Fungsi utama esai ekspositori adalah untuk menjelaskan/menginformasikan atau untuk memperkenalkan pembaca dengan sesuatu hal. Esai ini dapat digunakan untuk melukiskan sesuatu, menghadirkan informasi, atau menjelaskan suatu persoalan secara gamblang dan terperinci. Menulis esai ekspositori yang efektif memerlukan persiapan dan riset yang memadai yang akan membekali penulis dengan fakta dan informasi yang relevan untuk disampaikan kepada pembaca. Esai ekspositori memerlukan pemahaman yang sangat baik akan topik yang ditulis. Karena itu, esai jenis ini sering ditugaskan para profesor dan guru saat mereka ingin menguji atau mengecek pemahaman siswa/mahasiswa mereka tentang suatu hal. Umumnya, esai ini terdiri atas lima paragraph dengan satu paragraf pendahuluan, tiga paragraf isi, dan satu paragraf penutup. Kadang guru meminta siswa menulis esai ekspositori yang lebih panjang. Seberapa pun panjangnya, sebuah esai harus memuat paragraf pendahuluan dan kesimpulan, jumlah paragraf dalam tubuh esai bisa bervariasi.

Contoh Esai Ekspositori:

Problem Obesitas di Amerika
Obesitas atau kegemukan adalah istilah medis yang digunakan untuk mendeskripsikan keadaan seseorang yang memiliki kelebihan berat badan sekurang-kurangnya 20% dari acuan yang telah ditetapkan dalam kategori obesitas (Simon, 2011). Perdebatan apakah obesitas merupakan ukuran relatif dan seharusnya tidak digunakan sebagai sebuah stigma untuk menyebut orang yang kelebihan berat badan telah lama berkembang di masyarakat. Meskipun demikian, fakta menunjukkan adanya kecenderungan bahwa seseorang dianggap memiliki kualitas hidup yang lebih buruk bila ia lebih gemuk dari ukuran normal sesuai dengan umur dan jenis kelamin, kesehatan dan kemakmuran seseorang. Obesitas barangkali tidak dapat dianggap sebagai penyakit serius karena obesitas tidak menular sebagaimana flu, kanker, atau penyakit yang sulit disembuhkan seperti AIDs. Namun, telah terbukti bahwa obesitas terkait secara signifikan dengan beragam kemungkinan yang memicu timbulnya penyakit jantung, depresi, diabetes, dan penuaan prematur serta penyakit lain yang terkait dengan syaraf otak.  Lagi pula, obesitas menurunkan kualitas hidup karena orang gemuk sulit menjalankan aktifitas harian, sulit berperilaku enerjik dan aktif, sulit berolah raga dengan mudah, dan khawatir saat menikmati beragam makanan. Kerena itu, ketika membicarakan persoalan obesitas di Amerika, yang saat ini menjadi problem sangat serius, kita perlu mempertimbangkan penyebab dan faktor yang memicu persoalan ini agar kita dapat menyusun program kesehatan yang efektif untuk menangani persoalan ini di AS.

Banyak orang berpendapat bahwa obesitas terkait dengan keturunan, dan pemerintah dan lembaga-lembaga kesehatan di masyarakat (LSM) kurang peduli dengan persoalan ini. Memang ada benarnya bahwa bagi sebagian orang, mereka lahir dengan kemungkinan yang lebih tinggi untuk memiliki berat badan berlebih dan akhirnya mengidap obesitas. Sekalipun demikian, anggapan ini tidak dapat dianggap sebagai problem Amerika belaka sebab obesitas juga tersebar secara hampir merata di ras dan etnik yang berbeda. Data statistik menunjukkan bahwa sekitar 20% penduduk dunia mengalami obesitas. Namun jumlah ini secara signifikan lebih tinggi dalam masyarakat Amerika. Karena itu, kita perlu melihat faktor-faktor yang dapat menjelaskan mengapa problem obesitas lebih serius di Amerika ketimbang di Jerman, Australia, atau Brasil. Salah satu faktor yang tak dapat diragukan lagi adalah kebiasaan makan.

Orang Amerika memiliki kebisaan makan yang tidak sehat, suka mengonsumsi makanan cepat saji dan minuman bersoda yang berkadar gula tinggi. Kentang goreng, pizza, burger, dan kola dingin merupakan asupan makanan yang paling sering disantap. Dengan menyantap makanan dan minuman semacam ini secara terus-menerus, anak-anak, remaja, dan orang dewasa Amerika memiliki metabolisme tubuh yang 12 kali lebih lambat sebagaimana dibuktikan dalam riset yang dilakukan Harris dan Jenkins di 2008. Ini berarti volume makanan yang sama akan dicerna 12 kali lebih lambat oleh remaja Amerika ketimbang oleh remaja Rusia atau Afrika yang memiliki kebiasaan makan yang lebih sehat. Lagi pula, beragam masalah kesehatan seperti sakit perut, dysbacteriosis, cholecystitis dan diabetes, yang secara langsung terkait dengan kebiasaan makan seseorang, semuanya berpengaruh negatif terhadap berat badan seseorang dan jumlah lemak dalam tubuh. Karena itu, ketika berupaya untuk menurunkan tingkat obesitas, kita perlu mulai dengan mengubah secara total kebiasaan makan dan menghindari konsumsi makanan cepat saji dan minuman dengan kandungan gula tinggi.

Poin lain yang perlu dipertimbangkan ketika membicarakan kebiasaan makan orang Amerika adalah kurangnya buah dan sayuran dalam rasio diet harian mereka. Kita beranggapan bahwa segelas jus jeruk yang dibuat dari sari konsentrat jeruk dengan pemanis buatan, atau beberapa potong anggur sebagai taburan cupcake untuk pencuci mulut, atau semangkuk salad bayam untuk makan malam sudah mencukupi keperluan akan pemenuhan vitamin dan mineral bagi tubuh. Sebenarnya, diet semacam ini jauh dari apa yang seharusnya diperlukan tubuh.  Lima jenis buah berbeda dan lima sayuran berbeda sehari adalah syarat minimal untuk membangun hidup sehat (Parker et al., 2011). Kunci hidup sehat adalah mengonsumsi makanan beragam dan produk-produk makanan yang segar. Di AS, hanya sedikit supermarket yang menyediakan dan menjual buah dan sayuran segar yang ditanam secara alami.  Di banyak kasus, justru jaringan supermarket lah yang mendistribusikan produk-produk non alami bagi masyarakat Amerika. Buah dan sayur dari supermarket seperti Wall-Mart atau Safeway tidak banyak mengandung nutrisi yang diperlukan sebagaimana buah dan sayur yang ditanam secara alami atau di kebun kita sendiri yang dipanen persis sebelum kita konsumsi dan tumbuh tanpa pestisida dan pupuk buatan. Sayangnya, menanam buah dan sayur di kebun sendiri bukan hal yang kebanyakan dari kita lakukan atau kehendaki. Kalau demikian, apakah ada solusi akan hal ini? Makanan organik. Makanan jenis ini dipandang sebagai makanan mahal meskipun jauh lebih menyehatkan dari pada makanan yang ditawarkan di supermarket. Ketika kesehatan menjadi pertimbangan utama, pencegahan dan kehati-hatian merupakan tindakan yang lebih murah dari pada pengobatan. Karena itu, solusi yang paling sesuai bagi setiap keluarga Amerika adalah membelanjakan lebih banyak uang mereka untuk buah dan sayur organik yang lebih segar dan menyehatkan dari pada kudapan-kudapan yang kurang sehat seperti keripik, kue kering, dan donat.

Faktor penting lain yang sering kita lupakan ketika mencari tahu mengapa tingkat obesitas di Amerika begitu tinggi adalah ukuran atau porsi makanan yang dikonsumsi. Berbagai penelitian komparatif membuktikan bahwa rata-rata porsi makan yang dikonsumsi orang Amerika jauh lebih banyak ketimbang porsi makan orang di negara-negara lain. Misalnya, satu porsi pasta yang disajikan di restoran Amereka dapat dijadikan menjadi 3,6 porsi di restoran Jepang, 3,2 porsi di Cina, 3,1 porsi di Prancis, 2,8 porsi di Rusia, 2,3 porsi di Polandia, dan 2,2 porsi di Italia (The Davis Report, 2011). Apakah sesungguhnya orang Amerika makan lebih banyak ketimbang orang di negara-negara lain? Tampaknya demikian kalau kita melihat statistik ini. Sebenarnya, orang Amerka bukan orang dengan badan tertinggi atau teraktif di dunia, namun karena beberapa alasan orang Amerika mengonsumsi dua kali lebih banyak ketimbang orang Belanda yang lebih sering bersepeda ketimbang orang Amerika yang lebih suka mengendarai mobil, atau dua kali lebih banyak ketimbang orang Rusia yang lebih suka jalan kaki sepanjang 2,9 mil sehari ketimbang orang Amerika yang hanya setengah mil per hari. Orang Amerika terbiasa makan lebih banyak ketimbang yang diperlukan tubuh karena kebiasaan semenjak masa kanak-kanak dan hal ini perlu diubah. Kali lain kita ke restoran dengan memesan semangkuk penuh salad dengan menu utama sepiring besar spaghetti dan segelas teh, kita perlu mengingatkan diri kita bahwa perut kita hanya seukuran kepalan laki-laki dewasa yang bisa saja menggelembung sebesar kepala kita kalau dijejali dengan begitu banyak makanan.

Kita akui atau tidak, obesitas merupakan problem bagi masyarakat Amerika. Obesitas ini menimbulkan begitu banyak masalah kesehatan sehingga kualitas hidup orang Amerika lebih buruk dibanding beberapa dekade lalu. Sebagian orang berpendapat bahwa  mereka mencoba untuk menjalani kehidupan yang aktif seperti berolah-raga dan berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan komunitas, namun mereka masih mengalami problem obesitas. Inilah persoalan yang menimpa sebagian besar masyarakat Amerika yang lupa bahwa sejalan dengan berubahnya gaya hidup, pergi ke tempat kebugaran dan lari pagi, mereka perlu mengubah kebiasan makan dengan cara mengonsumsi lebih banyak makanan alami yang segar dan menyehatkan, berhenti makan junk food, mengurangi porsi makan sampai setengahnya, dan mulai mengonsumsi dengan cerdas.

b.      Esai Persuasi
Esai jenis ini tidak hanya memerlukan pembuktian yang meyakinkan atas gagasan yang disampaikan tetapi juga harus didasarkan atas penjelasan yang logis dan memiliki landasan yang kuat. Tugas utama penulis adalah membuat pembaca yakin bahwa penulis menyampaikan pandangan yang benar. Untuk menulis esai persuasi, sangatlah penting untuk menyiapkan terlebih dahulu dengan melakukan keberpihakan atas suatu persoalan, menyikapi suatu kasus, mengantisipasi argument, dan mencari cara bagaimanamematahkan argumen yang bertentangan dengan argument penulis. Penulis harus memahami argumen pihak lain dan menyikapinya secara jujur. Menolak mentah-mentah argumen pihak lain justru akan melemahkan argumen kita. Cara yang terbaik adalah mengambil sikap keberpihakan yang penulis yakini sebagai pihak yang benar yang memiliki bukti-bukti pendukung yang paling banyak.

c.       Esai Informal
Esai informal adalah salah stau jenis esai yang ditulis demi hiburan. Ini tidak berarti bahwa esai jenis ini tidak bersifat informatif. Namun penyajian gagasannya disampaikan secara informal dengan pernyataan gagasan yang lebih rileks, penggambaran masalah melalui observasi, dan sering kali diselingi humor. Sebuah esai informal yang baik memiliki gaya yang populer namun tetap mengikuti struktur esai yang baik meskipun tidak terlalu kaku seperti esai formal atau akademis. Esai informal juga cenderung lebih personal sifatnya dan lebih banyak mengungkap pandangan-pandangan subjektif. Dalam esai formal, penulis hadir secara diam-diam dalam wujud kata-kata; sedangkan dalam esai informal, penulis sepertinya berbicara langsung kepada pembaca. Ketiak menulis esai informal, cobalah untuk menghadirkan suasana personal dalam tulisan. Tidak perlu khawatir untuk kedengaran terlalu akademis. Yang penting hindari kecerobohan dalam menyampaikan gagasan.

d.      Esai Tinjauan
Sebuah tinjauan bisa bersifat formal atau informal, tergantung konteksnya. Tujuannya adalah untuk mengevaluasi suatu karya, misalnya novel atau filem. Ini berarti pendapat personal penulis berperan penting dalam proses penulisan. Di samping derajat karya. Tingkat formalitas sebuah tinjauan ditentukan oleh seberapa banyak berupa analisis, sebarapa banyak berupa ringkasan, dan seberapa banyak reaksi penulis atas karya yang dia tinjau. Sebuath tinjauan yang lebih formal tidak hanya membahas karya yang ditinjau saja melainkan juga menempatkan karya tersebut dalam konteks yang sesuai. Tinjauan yang dimuat di surat kabar atau majalah popular cenderung meninjau suatu karya dalam hal keuangan. Misalnya, apakah buku ini perlu dibeli atau apakah filem ini layak untuk ditonton? Sedangkan tinjauan yang dimuat dalam jurnal yang lebih kritis akan mencoba menelaah apakah novel baru ini berhasil mencapai sesuatu yang baru dan menggapai hasil yang signifikan. Sebuah tinjauan yang baik akan membahas kedua hal ini dan mengupasnya secara mendalam.

e.       Esai Riset
Esai jenis ini menuntun Anda menelusuri karya-karya atau tulisan-tulisan orang lain dan meminta Anda untuk membandingkan pemikiran mereka dengan pemikiran Anda. Menulis esai riset melibatkan Anda untuk mencari sumber-sumber yang relevan dan melakukan sintesa atas temuan-temuan yang Anda dapatkan dari berbagai sumber tulisan. Temuan dan gagasan yang Anda dapatkan ini kemudian dibandingkan dengan gagasan yang Anda miliki. Anda harus mendapatkan teks atau tulisan mengenai subjek yang Anda akan tulis dan menggunakan gagasan yang didapatkan untuk mendukung topik yang Anda akan tulis. Karena begitu mudah tenggelam dalam berbagai tulisan yang begitu banyak didapatkan, Anda harus sangat berhati-hati dalam membatasi topik yang akan ditulis. Dalam hal ini Anda harus melakukan klasifikasi dan memilah-milah informasi mana yang valid dan handal unutk mendukung gagasan atau topik yang Anda tulis. Bahaya yang paling sering terjadi dalam penulisan esai jenis ini adalah penjiplakan (plagiarism). Jika esai Anda lebih banyak berupa kutipan atau parafrase ketimbang gagasan asli Anda, Anda tidak melakukan sintesa tetapi hanya mengkopi gagasan orang lain. Dosen atau guru akan memberi nilai yang rendah untuk esai yang lebih banyak berupa kutipan atau parafrase. Apalagi jika kutipan atau parafrase ini tidak menyertakan sumber dari mana mereka didapatkan, tulisan ini tergolong sebagai plagiat dan harus dimasukkan ke tong sampah.

f.       Esai Literatur
Dalam esai jenis ini, Anda melakukan eksplorasi dan melakukan konstruksi atas makna dari sebuah karya sastra. Tulisan ini jelas lebih rumit dari pada sekedar tinjauan meskipun keduanya bermaksud untuk memberikan evaluasi atas sebuah karya. Esai literatur lebih condong memberikan komentar atau opini Anda atas karya literatur yang ditinjau dengan memfokuskan pada aspek-aspek tertentu yang lebih spesifik. Esai literature menitikberatkan pada pembahasan mengenai bangunan karya sastra yang dibahas seperti: struktur, karakter dan karaketerisasi, tema, gaya penulisan, nada dan suasana, dan keunggulan khusus dari kari karya yang dibahas. Tulisan harus membahas bagaimana karya ini menjelaskan atau menyinggung suatu persoalan tertentu dengan memakai sudut pandang tertentu dan bagaimana detil-detil karya ini mendukung sudut pandang tersebut. Anda harus mengambil sudut pandang tertentu terhadap karya ini dan mempertanyakan esensi dari tema yang dibahas dan menemukan bagaimana dan mengapa detil-detil karya ini mendukung sudut pandang Anda. Sebuah esai literatur bisa jadi merupakan interpretasi yang Anda simpulkan yang hanya didasarkan atas membaca karya sastra tersebut. Esai literatur juga bisa berupa percampuran pedapat dan interpretasi Anda sendiri dan kritik-kritik yang ditulis oleh orang lain. Sekali lagi, waspada terhadap penjiplakan karena mengutip pandangan para kritikus sastra tanpa menyebutkan sumbernya.

g.      Esai Argumentasi
Seni menulis esai argumentasi tidak mudah didapatkan. Banyak orang mungkin berpikir bahwa jika sesorang menyatakan pendapat, dia dapat memberikan argumen secara efektif. Kenyataannya, orang-orang semacam ini sering terkejut ketika orang lain tidak sependapat dengan mereka karena logika yang nampaknya kurang meyakinkan. Tambahan pula, penulis argumentasi sering lupa bahwa tujuan utama dalam menyampaikan argumen adalah memenangkan/merebut hati dan pikiran pembaca. Mudah sekali menyebut nama, mengabaikan pandangan penulis lain yang didapat dari riset, mudah menerima argumen penulis lain dan menganggapnya sebagai ajaran suci, dan bahkan lalai untuk mengecek landasan argumennya yang dalam beberapa tahun belakangan sering dipertanyakan kebenarannya. Hal semacam ini sering terjadi pada para penulis argumentasi pemula. Untuk menjadi penulis esai argumentasi yang handal, Anda harus menjadi ahli di bidang yang Anda tulis. Ketika Anda memilih topik, hindari menulis persoalan yang tidak mungkin dapat Anda menangkan, betapa pun kuat perasaan dan hasrat Anda untuk menulis topik atau persoalan tersebut. Lima topic terpopuler sepanjang waktu meliputi kepemilikan senjata api untuk warga sipil, aborsi, hukuman mati, kebebasan berbicara, dan euthanasia atau hak untuk mengakhiri hidup. Jika memungkinkan, hindari menulis kelima topik ini karena Anda tidak mungkin akan dapat memenangkan hati dan pikiran pembaca karena telah begitu banyak ahli dan praktisi yang menulis tentang kelima topik ini. Sebagai pemula, Anda hanya akan menjadi pengekor dan pengikut saja. Pilihlah topik-topik yang sedang hangat dibicarakan namun belum banyak ditulis orang. Dengan begitu, tulisan Anda akan menjadi rujukan awal dari suatu persoalan yang menyita perhatian publik. Karena itulah, esai argumentasi menjadi esai ajuan bagi para editor surat kabar untuk dimuat di halaman atau rubric opini mereka.

h. Esai Sebab-Akibat
Esai sebab-akibat menyertakan beberapa elemen penulisan yang dianggap lebih bergengsi ketimbang esai deskripsi atau narasi. Yang perlu diperhatikan ketika menulis esai jenis ini adalah nada esai yang harus dijaga untuk selalu kedengaran masuk akal dan bahwa apa yang Anda sajikan dalam esai merujuk pada fakta dan dapat dipercaya. Sumber-sumber yang mendukung sering diperlukan dan pilihan atas sumber-sumber yang handal juga merupakan seni tersendiri karena mereka akan merefleksikan kesahihan esai Anda. Jangan pernah menggunakan sudut pandang orang pertama (persona saya). Esai sebab-akibat harus objektif dan tidak memihak (imparsial).
Perhatikan contoh sudut pandang yang lemah berikut:

a.       Saya kira aborsi harus dilarang di bumi Indonesia.
Pemihakan dan penggunaan kata “saya” dalam argumen di atas kurang objektif. Jauh lebih baik kalau kita menuliskannya secara langsung dan tidak memihak, menjadi:

b.      Aborsi harus dilarang di bumi Indonesia.
Kalimat 1 menggunakan sudut pandang orang pertama (saya). Kalimat seperti ini memberi kesan pandangan penulis yang lemah dan lebih cocok digunakan dalam esai narasi. Kalimat 2 jauh lebih berdaya dan pernyataannya tidak hanya membatasi pandangan penulis, tetapi juga mewakili pandangan pembaca. Tujuan esai sebab-akibat adalah untuk meyakinkan pembaca bahwa segala sesuatu ada sebabnya atau bahwa peristiwa satu mempengaruhi peristiwa lainnya.

i. Esai Perbandingan
Tujuan dan fungsi utama esai perbandingan adalah jelas – menemukan persamaan dan perbedaan antara dua objek yang diperbandingkan. Jenis esai ini menyaratkan penulisnya sebagai seorang pengamat. Dalam banyak kasus, penulis esai perbandingan tidak harus seorang pakar atau sarjana yang tahu persis akan objek yang ditulisnya. Esai ini juga tidak mengharuskan perlunya referensi yang bersifat akademis. Esai perbandingan pada umumnya bersifat subjektif dan penulisnya diminta untuk memunculkan perbedaan atau persamaan yang signifikan dari objek yang ia tulis agar dapat dijabarkan dan dianalisis dalam tulisan. Meskipun terdapat penekanan yang berbeda ketika penulis menitikberatkan pada perbedaan atau persamaan dari objek yang dia tulis, pola penulisan esainya tetap sama, yaitu diawali dengan satu paragraph pendahuluan, beberapa paragraf isi (tubuh esai), dan satu paragraf penutup. Ketika menulis esai jenis ini, jangan lupa untuk menggunakan ungkapan-ungkapan bahasa yang menjadi cirikhas dari esai ini. Ungkapan-ungkapan spesifik yang cocok digunakan untuk penulisan esai ini dapat membantu memperjelas tujuan penulisan esai. Misalnya, Anda dapat menggunakan ungkapan “di lain pihak”, “sebaliknya”, demikian pula”, “sama halnya dengan”, “dibandingkan dengan”, “tidak seperti”, “meskipun demikian”, dan lain-lain. Ungkapan-ungkapan ini akan membuat gagasan yang Anda sampaikan menjadi melekat dan menyatu dalam satu kesatuan pandangan, sehingga secara otomatis membuat esai Anda semakin meyakinkan.

Dari bermacam-macam jenis esai yang ada dapat diringkas menjadi table perbandingan anara jenis esai untuk memudahkan dalam memahami perbedaan masingmasing jenis esai diatas. Berikut table perbandingan antara jenis esai:

Tabel 1. Perbandingan antara Jenis Esai

Jenis
Nuansa
Referensi
Tujuan
Expositori
Objektif
Harus Ada
Menginformasikan
Perusasi
Objektif
Harus Ada
Membujuk
Esai Informal
Subjektif
Tidak Ada
Mengomunikasikan
Esai Tinjauan
Objektif/Subjektif
Perlu
Menganalisis dan Menyajikan
Esai Riset
Objektif
Harus Ada
Mengungkap
Esai Literatur
Objektif
Perlu
Menganalisis Sastra
Argumentasi
Objektif
Harus Ada
Membuktikan
Sebab-Akibat
Objektif
Harus Ada
Membangun hubungan
Perbandingan
Objektif
Harus Ada
Menunjukkan Persanaab/Perbedaan



2.3  Penulisan Kolom

2.3.1   Pengertian Kolom
Kolom sesungguhnya masih merupakan ragam opini. Hanya saja gaya penulisannya cenderung sangat santai, dengan menyertakan idiom-idiom tertentu. Kolom barangkali boleh disebut sebagai artikel subjektif. Tulisan ini biasanya bersifat renungan, reflektif dengan gaya humor dan satir. Tulisannnya tidak sekedar pergumulan intelektual, tapi juga menyangkut emosi, perasaan, dan keyakinan. Dengan demikian, kolom harus mampu menggugah pembacanya untuk bercrmin dari tulisan itu sehingga mampu menarik kesimpulan sendiri.Gaya individual sang penulis sangat lekat dalam jenis tulisan seperti ini.
Kolom adalah tulisan sederhana tentang berbagai hal yang ada di sekitar kita. Dalam tulisan kolom, apa saja bisa menjadi bahan tulisan. Tulisan ini biasanya menggunakan bahasa yang mudah dipahami, merakyat, sinis, kadang juga penuh canda. Berbeda dengan opini. Walaupun harus tetap dengan bahasa populer tetapi opini tak lazim kalau dibuat dengan cara bercanda. Penulis kolom harus menguasai masalah dan memiliki kedalaman berpikir yang bersifat reflektif. Penguasaan demikian akan semakin lengkap ketika tulisan dibumbui ungkapan-ungkapan, perumpaman dan contoh yang dapat mendukung gagasan yang disajikan.

2.3.2        Hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan kolom antara lain:

1. Isi
Pilih tema aktual yang menarik perhatian dan sedang menjadi buah pembicaraan maupun pemikiran banyak orang. Dalam memilih isi, perlu adanya mempertimbangkan kalangan dan target pembaca. Sempitkan tema agar pembahasan lebih spesifik, lebih fokus, dan lebih tajam. Sebagai contoh, menulis dengan tema "korupsi" jelas terlalu luas. Lebih menarik jika Anda menyempitkan temanya, seperti: "korupsi "salam tempel" oleh polisi".
Awali penulisan kolom dengan pengantar ringan, antara lain dengan menampilkan tokoh masa silam, mengutip kalimat bijak, atau mengemukakan dalil/rumus yang sudah banyak diketahui masyarakat. Karena bagian pertama bertujuan menggiring atau mempersiapkan pembaca ke masalah utama, agar pembaca bisa mengikuti gagasan penulis dengan mulus. Kemudian, bentangkan ide pokok atau isi tulisan. Uraikan sejelas mungkin dengan bahasa yang lugas dengan cara menganalogikan, menyejajarkan, mempertentangkan, mendeskripsikan, dan sebagainya. Setelah itu, tutup kolom dengan kalimat yang mengundang pembaca untuk bersikap dan bertindak. Sebuah kesimpulan yang terbuka memberi ruang diskusi bagi para pembacanya.

2. Gaya Penulis
Tema dan isi tulisan kolom perlu dikemas dengan lebih "renyah", mudah dipahami, ringkas, serta menghibur, tanpa harus kehilangan makna dan tidak menjadi tulisan "murahan". Hal tersebut dapat dilakukan dengan kreativitas. Dalam era kebebasan seperti sekarang, seorang penulis dituntut memiliki kreativitas lebih tinggi untuk memikat pembaca. Perkayalah tulisan dengan anekdot, ironi, dan tragedi yang membuat tulisan lebih berjiwa. Jangan terkesan menggurui walaupun menguasai bahan. Sedapat mungkin, hindari penggunaan kata "seharusnya", "semestinya", dan sejenisnya. Gunakan kreativitas dan keterampilan mendongeng seraya menyampaikan pesan.
Ada berbagai cara kreatif untuk mengemas tulisan. Beberapa tema tulisan bisa lebih kuat disajikan dalam bentuk dialog. Akan tetapi, tema yang lain mungkin lebih tepat disajikan dengan lebih banyak narasi serta deskripsi yang diperkaya dengan anekdot. Beberapa penulis memilih bentuk penuturan yang khas untuk setiap tema yang ditulisnya. Contohnya:
  • Dialog (Umar Kayam)
  • Reflektif (Goenawan Mohamad)
  • Narasi (Faisal Baraas, Bondan Winarno, Ahmad Tohari)
  • Humor/Satir (Mahbub Junaedi)


3. Bahasa
Agar pembaca bisa mencerna maksud penulis dengan baik, semaksimal mungkin hindari penggunaan kata-kata yang membosankan dan kata-kata pemanis basa-basi, yang biasa diucapkan orang dalam pidato yang menjemukan. Hindari juga jargon atau istilah teknis yang hanya dimengerti oleh kalangan tertentu. Kreatif dalam menggunakan deskripsi, anekdot, atau analogi untuk menerangkan maksud tulisan. Hindari pemakaian bahasa asing atau daerah, dan pakai bahasa Indonesia yang komunikatif. Tulisan yang komunikatif adalah tulisan yang mampu menghubungkan alam pikiran penulis maupun pembaca secara lancar dan hemat kata. Pakai kata kerja aktif yang melancarkan proses membaca, karena biasanya kata kerja pasif menghambat proses membaca. Gunakan kalimat pasif hanya jika tidak terhindarkan. Selebihnya, perlu menaati tata bahasa Indonesia yang baku dan benar. Apakah ejaan katanya benar, di mana meletakkan titik, koma, dan tanda hubung. Apakah koma ditulis sebelum atau sesudah penutup tanda kutip.

BAB III
PENUTUP


3.1. Kesimpulan
Menulis kolom, menulis opini, dan menulis esai,  itu sama saja bentuk pendapat kita, asalkan memenuhi kaidah penulisan nonfiksi untuk kesemua jenis tulisan tersebut.

3.2. Saran
Dalam penulisan jangan memutar balikkan fakta,merendahkan satu golongan serta mengandung unsur sara. Tetaplah sopan santun dan bijaksana. Menulislah sesuai latar belakang bidang yang dikuasainya.


DAFTAR PUSTAKA


http://pelitaku.sabda.org/menulis_kolom_siapa_takut
https://delektika.wordpress.com/2013/04/19/jurnalistik-bentuk-tulisan-dan-teknik-penulisannya/
http://pelitaku.sabda.org/pemula_menulis_kolom
https://catatanbaskoro.wordpress.com/2013/10/13/jurnalisme-cara-menulis-opini/
http://hestunodya.blogspot.co.id/2014/01/apa-itu-opini-apa-saja-ciri-cirinya.html
http://yohanessehandi.blogspot.co.id/2013/11/gaya-penulisan-artikel-opini.html
http://pengertian-isp.blogspot.co.id/2015/04/pengertian-opini-dan-jenis-jenisnya.html
http://www.menulisesai.com/2012/09/apa-itu-artikel.html
http://www.menulisesai.com/2012/09/struktur-esai.html
http://www.menulisesai.com/2012/11/contoh-esai-ekspositori.htmlDaftar

No comments:

Post a Comment

Fakta-Fakta Tentang Otak dan Tips Bijak Manajemen Otak Agar Bekerja Optimal

CARA BIJAK MANAJEMEN OTAK GELOMBANG OTAK Berdasarkan pengukuaran dengan menggunakan alat ukur yang disebut EEG (electro encephalograph...