Pengertian dan Masalah pentingnya pendidikan karakter bangsa serta fungsi dan tujuan pendidikan moral bagi para generasi muda, pelajar dan anak usia dini.
1.1 Interpretasi Pemahaman Karakter
Istilah karakter jika
pahami sesungguhnya menimbulkan ambiguitas.
Asal kata karakter berasal dari bahasa yunani “karaso” (“cetak biru,format dasar,sidik seperti dalam sidik jari”).
Asal kata karakter berasal dari bahasa yunani “karaso” (“cetak biru,format dasar,sidik seperti dalam sidik jari”).
Menurut
Moenier sebagai mana dilansir oleh Doeni Koesuma mengatakan bahwa tentang
ambiguitas terminologi karakter bisa di pahami dengan 2 pendekatan
interpretasi. Pertama,sebagai sekumpulan kondisi yang telah diberikan begitu
saja atau telah ada begitu saja, yang lebih kurang di paksakan dalam diri kita.
Karakter jenis ini sudah ada sejak manusia di ciptakan (given). Kedua, karakter juga bisa di pahami sebagai tingkat
kekuatan melalui seorang individu mampumenguasai kondisi tersebut. Karakter
jenis ini yakni sebagai sebuah proses yang di kehendaki (willed) oleh manisia.
Melalui
hal diatas manusia dapat keterbatasan diri, potensi-potensi serta
kemungkinan-kemungkinan bagi perkembangan manusia. Artinya , tipologi jenis
pertama yang lebih menekankan penerimaan kondisi natural (given) kurang pas bagi manuisia tetapi cara ini hanya salah satu
cara saja dalam menilai karakter.
Orang
yang memiliki karakter kuat adalah mereka yang tidak mau dikuasai oleh sekumpulan realitas yang telah ada begitu
saja. Ia tidak mau di kuasai oleh kondisi kodratinya yang menghambat
pertumbuhan. Sebaliknya ia menguasainya dan mengembangkannya demi kesempurnaan
kemanusiannya. Sedangkan orang yang memiki lemah adalah orang yang tuduk pada
sekumpulan kondisi yang telah diberikan kepadanya tanpa dapat menguasainya.
Salah satu kelemahan orang yang karakternya lemah ia bisa jatuh dalam sikap
fatalisme. Ungkapan umum karakter orang yang paham seperti ini adalah,
“karakter saya memang demikian , mau apalagi”.
“saya seperti ini sudah dari sononya”.
Jika
kita pahami lebih jauh paham ini sangat tidak produktif bagi kemajuan
nilai-nlai kemnusiaan karena seolah-olah semua perbutan manusia ada di luar
kendali diinya oleh karena itu tidak ada lagi gunanya untuk mengatasinya jadi
manusia hanya seperti wayang yang di gerakan oleh dalangnya. Seingga paham
fatalisme sangat kontra produktif dengan cita-cita sebuah pendidikan yang
merupakan sebuah investasi sadar dan
tersrukur agar manusia memililki kebebasan dan membentuk dirinya berhadapan
dengan determinasi alam dalam dirinya.
Karakter
dapat di bedakan menjadi dua macam. Pertama, karakter sebagaimana yang kita
lihat (character as seen) dan kedua,
karakter sebagaimana yang dialami oleh manusia (character as experienced). Character
as seen adalah karakter yang secara kasat mata yang mempunyai kecenderungan adanya
determinasi terus –menerus secara konsisten berupa kombinasi pola perilaku ,
kebiasaan, pembawaan.dll. sedangkan Character
as experienced adalah sebuah karakter dimana manusia menjadi pelaku yang
bertindak serta beraksi atas dunia diluar dirinya. Karakter ini memiliki unsur
motivasidalam diri individu dalam
menerima atau menolak tekanan dari luar.artinya manusia dapat beraksi atas
determinasi natural yang telah ia miliki
sejak ia lahir, baik iti keterbatasan fisik,psikologi,dll.
artikel lain Tentang makalah penelitian lapangan tukang becak
1.2 Prinsip-Prinsip Dasar Pendidikan Karakter
Ada
beberapa prinsip yang bisa dijadikan panduan bagi sekolah dan universitas dalam
menumbuhkembangkan pendidikan karakter
sebagai berikut :
1. Karater
dalam bentuk psiko-motorik yang menggerakan seorang untuk bertindak.
2. Manusia
mengukuhkan karakternya melalui setiap keputusan yang di ambilnya.
3. Seseorang yang berproses membentuk dirinya menjadi
manusia yang baik, juga akan memilih cara-cara yang baik bagi pembentukan
dirinya.
4. Jangan
pernah mengambil perilaku buruk dari
yang dilakukan oleh orang alin sebagai patokan bagi dirimu.
1.3. Metodologi Pendidikan Karakter
1. Mengajarkan
Bagi Doeni Koesuma, pendidikan karakter mengandaikan pengetahuan
teoritis tentang konsep nilai-nilai tertentu. Nilai yang di maksud adalah
kebaikan, keadilan, kejujuran dan kandungan nilai itu sendiri. Tetapi ada juga
sebagian besar orang yang secara konseptual tidak mengetahui apa yang dimaksud
dengan perilaku baik, namun ia mampu mengimplikasikakannya dalam kehidupan
mereka tanpa ia sadari sebelumnya.
Sebaliknya , parilaku seseorang banyak di
tuntun oleh pengertiian dan pemahaman. Hal ini lebih ngengandaikan kedewasaan
seseorang tentang makna konseptual tentang norma perilaku dengan kebebasannya
yang di tuntut lewat pengetahuan empiris dan rasionalis sebagai mahluk yang
berpikair.
Di sinilah , salah satu unsu penting dalam pendidikan karekter yaitu mengajarkan nilai-nilai sehingga anak
didik memiliki gagasan konseptual tentang nilai-nalia perilaku yang di kembangkan
dalam kehidupan mereka. Sebab setiap manusia akan banyak belajar dari pemahaman
dan pengertian tentang nilai-nilai yang di pahami oleh para guru dan pendidik
dalam setiap interaksi dengan mereka.
No comments:
Post a Comment